Langsung ke konten utama

Terima kasih

 Terima kasih Bapak dan Ibu Guruku di KELAS WAG MENULIS BUKU INSPIRASI


“Terpujilah engkau Ibu Bapak Guru namamu akan selalu hidup dalam sanubariku,

Semua baktimu akan  kuukir didalam haiku, sebagai prasastri trima kasihku 

untuk pengabdianmu, Engkau bagai pelita dalam kegelapan engkau 

laksanan embun penyejuk dalam kehausan engkau patriot 

pahlawan bangsa TANPA TANDA JASA”


* * *

Sebait lagu hymne guru yang selalu kita kenang pada kebaikan dan jasa seorang guru diatas, saya persembahkan kepada para guru saya di KELAS WAG MBI (Kelas WhasAap Group Menulis Buku), beliau adalah para narasumber hebat dan motivator dalam dunia menulis buku; Bunda Lilis, Bapak Sahat, Bapak Nengah, Bapak Thomas, Bapak Eko, Bapak Taufiq. 

Senang, bahagia dan terharu menjadi bagian dari KELAS WAG MBI (Kelas WA-Group Menulis Buku Inspirasi) yang dipelopori oleh Ibu Guru Cantik, Guru Inspirasi NTT, Bunda Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. Beliau guru desa Besmarak pada SMP Negeri 2 Nekamese, Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur.

Semua yang ada di dalam group ini sebagian besar adalah para pendidik yang memang sudah memiliki profesi sebagai penulis, mungkin bukan menulis Cerpen, Cerbug, puisi, atau mengeluarkan banyak buku, tapi mereka sudah terlatih untuk menulis setiap hari dalam kelasnya, misalnya menulis administrasi kelas dalam masa pandemi covid 19 ini, mengisi absen, soal ulangan harian, ulangan umum, dan mempersiapakan modul sebelum mengajar. 

Tatanan bahasapun sudah tidak diragukan lagi, namun kembali lagi dalam sebait lagu hymne guru di atas “Guru adalah pelita didalan kegelapan....”, dan kebetulan aku lagi dalam kegelapan, tak dapat mebuat setiap goresan tinta dalam tulisan buku menjadi bagus untuk sebuah karya. 

Mungkin karyaku akan tampak merah jika dilihat orang, hingga akhirnya aku bertemu dengan sang motivator hebat “Menulis Buku Inspirasi”. Seorang guru desa dan penulis buku best seller Nusantara “Guru adalah Inspirasi”. Bunda Lilis, kami biasa menyapa beliau dalam KELAS WAG MBI. Beliau seorang guru yang memiliki rasa sosial tinggi dan jiwa mengabdi yang tak pantang menyerah. 

Lebih dari separoh hidupnya mengabdi untuk pendidikan di Nusa Tenggara Timur, dengan penuh kasih beliau membimbing kami untuk menjadi penulis besar dunia. Cita-cita yang mulia, telah dilakukan seorang diri untuk memberikan sedikit ilmunya dan memberi inspirasi kepada kami dengan keyakinan penuh akan mencetak penulis besar dunia dimasa yang akan datang.      

Semangat juangnya yang luar biasa, hingga mengalir pada jiwa kami untuk memiliki ketrampilan dan kecerdasan dalam menulis buku. Pelajaran dari ibu guru cantik, nyaris tanpa teori, hanya kita disuruh menulis..., menulis..., menulis..., dan menulis setiap hari. “Tak perlu kau lihat dan baca lagi tulisanmu, teruslah menulis hingga semua yang ada di dadamu tersalurkan dengan baik lewat goresan penamu”.

Kata-kata beliau sungguh sangat memberikan inspirasi bagi kami dalam KELAS WAG MBI pada hari pertama itu, 24 Agustus 2020, pukul 18.00 s.d 22.00 WIB. Kuliah dalam KELAS WAG MBI malam itu pesertanya kebanyakan berlatar belakang pendidik atau guru. Ada juga ibu rumah tagga, pengusaha, dan ASN, mahasiswa, juga pelajar SMP dan SMA.

Aku sendiri seorang perawat, bukan seperti seorang guru yang setiap hari memegang kapur tulis, atau buku dan penggaris, juga laptop, yang setiap menit  membuka buka pelajaran. Tugasku sebagai seorang perawat setiap hari adalah memegang Obat, Jarum Suntik, Tensi Meter, Thermometer, cairan Infus, cathetet, Suction, NGT, membersihkan kotoran dan luka pasien. mengganti pampers, menyuapi makan, dan mengajaknya berjemur di pagi hari.

 


Pekerjaanku sehari-hari berhadapan dengan orang tua yang dititipkan kepada kami, mulai dari merawat, memandikannya, mengganti pampersnya, juga memandikan mayat jika mereka telah berpulang kepangkuan Bapa di surga



Aku jarang memegang pena kecuali membuat laporan harian berupa diskripsi singkat riwayat penyakit pasien dan obat-obat yang di konsumsi oleh pasien selama dalam perawatan kami. Hari pertama kami mulai kuliah online pada KELAS WAG MBI adalah hari istimewa buat aku. Rasa bahagia dan bangga bisa menjadi bagian dari Bapak dan Ibu Guru di WA-Group Menulis Buku Inspirasi.

Kelas tersebut dilakukan secara online dan gratis pula, malam itu Bunda Lilis mulai pelajaran pertama dengan dibantu Pak Sahat S. Naibaho, S.Si., Gr sebagai moderator. Pak Sahat seorang guru Mata Pelajaaran IPA pada  SMPN 2 Dolok Sigompulon, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Kolaborasi yang hebat dalam kelas online tersebut. 

Malam pertama di kelas aku  silent saja hanya menyimak, paparan dari Narasumber hebat Bunda Lilis Sutikno. Dari Power Point data diri yang dibagikan kepada kami, saya membaca aktivitas beliau sungguh sangat luar biasa. Dari guru desa, instruktur, narasumber literasi tingkat provinsi NTT hingga tingkat Nasional. Beliau mengajar kami tentang “CARA PRAKTIS MENULIS BUKU”.

Pelajaran beliau malam itu menulis buku semudah ceplok telor benar-benar mudah saya pahami dengan baik. Karena saya memang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis hebat dunia. Pelajaran Bunda nyaris tanpa teori apapun, ingin menulis, yaa... menulis saja. Beda dengan guru-guru menulis buku yang lainnya. Mereka menulis buku dengan banyak teori, misalnya diambil dari teori A, teori B, dan teori C. 

Bunda menanamkan kepada kami mau jadi penulis, ya menulis saja, diawali dengan berdoa, memulai menulis, tulis..., tulis..., tulis..., lalu simpan, bila perlu simpan dalam lemari pendingin (Saya tersenyum membaca bagian yang ini, sambil terus membayangkan menjadi murid beliau secara langsung) pasti seru. Ha ha ha . . . dalam dunia maya saja, saya dibuatnya tersenyum, apalagi jika langsung diajar oleh beliau.

Bunda melanjutkan tulisannya, setelah tersimpan rapi di laptop, tunggu sehari atau dua hari mulai dibaca ulang, dan revisi pelan-pelan. Dengan demikian ibu dan bapak akan mudah menulis dan fokus pada hasil tulisan. Jika Ibu dan Bapak menulis, baca, dan hapus, lalu mandek, dan takut salah. Inilah yang membuat kita akhirnya males melanjutkan tulisan kita hingga menjadi buku. Begitu tulisan pada KELAS WAG MBI dari Bunda.  

Dilihat dari cara Bunda Lilis menjawab pertanyaannya dari peserta, dengan cekatan dan terampil, serta cepat tersaji dalam tulisan yang apik dan tanpa salah. Saya berkeyakinan beliau seorang narasumber yang berpengalaman dan hebat dalam dunia menulis dan nyaris tanpa teori. Uuuuuppzzz... teori hanya satu, kita harus terus menulis, setiap hari kita harus menulis!.

Pengabdian yang tanpa pamrih, dari guru desa, hingga menjadi inspirator menulis seluruh Indonesia, yang pesertanya dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote. Bunda Lilis lakukan dengan penuh suka cita. Saya membaca tulisan beliau di KELAS WAG MBI sambil membayangkan beliau tampil memukau dengan sangat cantiknya.

Sungguh beruntung saya berada di KELAS WAG MBI ini, malam ke-dua narasumber  Bapak Sahad Serasi Naibaho, S.Si., Gr dengan materi  “MENULIS UNTUK MENGHASILKAN KARYA”, berlanjut malam ke-tiga Bapak I Nengah Suradnya, S.Pd., M.Pd beliau menyelesaikan program S2 nya di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Tahun 2011. Menjabat sebagai  Kepala SMP Negeri Banjarangkan Kabupaten Klungkung Provinsi Bali, dengan materi “KIAT-KIAT MERDEKA MENULIS”. 

Malam ke-empat Bapak Thomas Akaraya Sogen, S.Pd., MBA. Sarjana lulusan S2 Pengawas UGM Jogya ini adalah ketua Agupenta NTT, juga seorang pengawas mata pelajaran bahasa Inggris pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Kupang-NTT. Dengan materi “GURU MENULIS ANTARA PONT DAN KOIN”, dan malam ke-lima kembali Bunda Lilis mengajar kami dengan materi “MENULIS INSPIRASI” sesuai dengan pengalamannya sebagai penulis Buku Best Seller Nusantara “Guru adalah Inspirasi”. 

Hari Sabtu dan Minggu kami libur kuliah online, tetapi tugas kami adalah membagikan karya tulis inspirasi kami di KELAS WAG MBI, untuk dibaca oleh teman sekelas yang berjumlah 109 peserta, juga oleh narasumber kami. 

Pada hari Senin, 31 Agustus 2020 merupakan hari ke-delapan kami kuliah online, dengan narasumber hebat penulis buku sejarah Pangeran Diponegoro, beliau bernama Bapak Eko Daryono, S.Kom lahir di Karanganyar, 20 Desember 1975. k Tengah. Materi yang dibawakan oleh beliau adalah “MENULIS ITU NIKMAT”.

Selasa, 1 September 2020 narasumber kami adalah Bapak Taufiq Hidayat, S.Si., SE., M.Si beliau seorang blogger, dosen Universitas Pelita Bangsa, dan Pendidikan beliau dari Politeknik Penerbangan Indonesia Curug, Universitas Terbuka, Statistika & Manajemen, Universitas Indonesia, serta Kajian Timur Tengah dan Islam. 

Beliau juga penulis buku 1001 Masjid di 5 Benua, yang asyik dari narasumber kita ini adalah beliau sudah berkeliling lebih dari 60 Negara di dunia. Wooooow keren!. Beliau mengajar kami malam itu dengan materi “MENULIS KISAH PERJALANAN YANG MENGINSPIRASI”.  

Dari lubuk hatiku yang dalam, aku mengucapkan terima kasih atas ilmu yang telah kuperoleh dari KELAS WAG MBI yang digagas oleh ibu guru cantik Bunda Lilis Sutikno guru inspirsai dari Nusa Tenggara Timur. Selama ini aku malu menyampaikan ide, takut di tertawakan, takut di tolak, dan yang paling berharga adalah aku bisa mempergunakan laptop dan HP sesuai dengan fungsi yang benar, 

Saya belajar mengedit tulisan dan menempatkan tanda baca, serta kata sambung sesuai dengan kaidah penulisan gabungan kata berimbuhan yang benar. Belajar menulis dan tidak takut salah, berani bertanya dan berani menyampaikan pendapat saya, perasaan saya melalui tulisan yang menginspirasi. 

Saya bahagia karena pada akhirnya tulisan saya dengan judul “KEJAMNYA MAMA MENJADIKAN AKU MANUSIA TANGGUH” akan terbit dalam buku antologi kisah inspirasi bersama peserta diklat online lainnya, diantara peserta itu ada Ibu Prof. Pujiati Chalid seorang Guru Besar Satra Arab dari Universitas Negeri Sumatera Utara, ini adalah kebahagiaan yang tak terlukiskan bagiku. 

Seorang perawat akan punya buku antologi kisah inspirsai yang terlahir dari kegiatan kuliah menulis online KELAS WAG MBI ini. Sekelas dengan seorang Profesor cantik yang bergelar Datuk dari Sumatera. Dengan Kurator buku ibu guru cantik Bunda Lilis Guru Inspirasi NTT. Puji Tuhan!.

Kulantunkan sebait lagu ini dalam sanubariku, “Terpujilah wahai ibu bapak guru.... Namamu akan selalu kukenang dalam sanubariku...”, sambil meleleh airmataku mengenang betapa baiknya hatimu, bapak dan ibu guruku dalam KELAS WAG MBI. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Bunda Lilis, Bapak Sahat, Bapak Nengah, Bapak Thomas, Bapak Eko, Bapak Taufiq.

Bundaku cantik . . . selalu kukenang dirimu guruku, sebuah kalimat yang memacu adreanalineku untuk berani bersuara melalui goresan penaku, “Langkah Seribu diawali dari langkah pertama Nona”. “Maju terus pantang mundur, dan jangan pernah menoleh lagi kebelakang, teruslah goreskan penamu dengan tinta emas untuk masa depanmu Nona”. Kata-kata seorang penulis buku best seller Nusantara “Guru adalah Inspirasi”


Lagu ini kupersembahkan untukmu para guruku . . .

Guru dalam KELAS WAG MBI . . .


Terpujilah

Wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup

Dalam sanubariku


Semua baktimu akan kuukir

Didalam hatiku . . .

Sebagai prasasti terimakasihku

Tuk pengabdianmu . . .


Terpujilah wahai ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku


Sebagai prasasti terimakasihku

Tuk pengabdianmu

Engkau bagai pelita dalam kegelapan . . .

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa TANPA TANDA JASA


Terima kasih Bapa dan Ibu Guru untuk semua baktimu . . .

https://www.sonora.id/read/421939270/lirik-lagu-hymne-guru-lagu-yang-didedikasikan-untuk-guru?page=all


Bogor, 05 September 2020

Salam Inspirasi,

Sosyati Rutas Ataupah, AMK

Kepala Unit Rumah Perawatan Usia Lanjut Kristen 

Kota Bogor Jawa Barat



Komentar

  1. Terima kasih untuk pujiannya...
    Tuhan memberkati selalu, aamiin...

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk pujiannya...
    Tuhan memberkati selalu, aamiin...

    BalasHapus
  3. Terharu saya bacanya. Begitu besar rasa trima kasih Suster kepada kami. Mohon maaf saya belum mampu memberikan sesuatu yang layak untuk dijadikan dasar menjadi penulis. Semangat suster jangan pernah berhenti belajar.

    BalasHapus
  4. Terharu membacanya Bu...
    Semoga kita semua ttp semangat dan j
    terus belajar u menginspirasi org lain...
    🙏🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

inilah aku Tuhan

It,s me Lord choose me Di tulisanku yang lalu aku pernah tulis tentang bagai mana Tuhan sudah menuntun Aku melewati semua persoalan hidup yang Aku hadapi....baik itu masalah suka,duka dan nestapa sekalipun (menurut ku) Kali ini Aku mau menulis tentang God way for me Setelah berjuang mengalahkan masalah dan selesai kuliah rasanya merdeka lepas dari penjara Masuki tahap kerja awal yang menyenangkan,saat tamat langsung terbang dari kota kembang ke kota metropolitan,,,,dengan harapan bisa langsung mendapatkan pekerjaan itu mimpi,kenapa aku bilang mimpi karena aku tamat jadi seorang perawat tapi gak ada bukti karena ijazah aku masih di sandera di kampus karena masih punya tunggakan kurang lebih 8 juta,,,,but you know before im leaved my kampus i say,,,,,🙏 Tuhan aku siap bekerja walau tanpa bayaran yang penting aku bisa makan dan menyambung hidup hanya itu yang ada di pikiran gak mimpi mau jadi orang sukses dan kaya (mungkin aku paling bodoh tak ber pikir jadi orang sukses dan kaya have no

didikan mama

 DIDIKAN MAMA MENJADIKAN AKU MANUSIA TANGGUH Panasnya matahari membakar kulitku yang gelap semakin pekat, dan kubiarkan rambut keritingku terurai tanpa disisir ketika menundukkan kepala minum air dari sungai kecil yang mengalir melewati sawah tempat aku berdiri, menghilangkan haus karena matahari bertenggger pas di ubun-ubun kepalaku.  Aku anak ke 4 dari 6 bersaudara Niku, Kefe, Nus, Rutas, Taku, dan Muti Nama yang penuh dengan arti tersendiri pemberian orang tua dengan harapan kelak menjadi orang sukses, kami keluarga sederhana  dan cukup, hidup rukun bahagia walau banyak anak, sesuai perjalanan waktu kami bertumbuh menjadi remaja. Kebutuhan kami sekeluarga meningkat, hidup pun terasa sulit penuh perjuangan.  Apalagi seperti kami yang masa anak -anak hidup di kota Kembang Bandung Jawa Barat. Saat itu Papa diharuskan untuk kuliah dari yayasan  tempat Papa bekerja mangambil gelar BAA nya. Setelah selesai Papa kuliah kami di boyong balik ke kampung, dan saat itu Papa dapat tempat tugas y